Sejarah Desa
Sejarah Seni Begalan dan Kanding
Begalan berasal dari kata “begal” yang artinya merampok. Di Kabupaten Banyumas, Begalan merupakan sebuah seni yang diadakan pada pernikahan yang bertujuan untuk memberikan pelajaran kepada pengantin. Banyak cerita yang menyebutkan asal mula tradisi begalan. Salah satu cerita yang menyebutkan asal-usul seni Begalan yaitu berdasarkan babad banyumas karangan RMS Brotodirejo, buyut adipati Aria Martadireja (Bupati Banyumas ke-17) dan R Ngatidjo Darmosuwondo. Kemudian ditulis kembali oleh KRHT Drs. R Pudjianto Budoyonegoro BA dan Sukrisman.
Seni begalan bermula dari perkawinan R Ngabei Mertasura, Putra bupati banyumas I, Adipati Mrapat dengan Rara Warsiki, Putri ketiga Demang Gumelem sekitar tahun 1570-an. Sebelum upacara pernikahan, Ki Demang mengirimkan mata-matayang dipimpin oleh Ki Reka Guna untuk menjemput rombongan besan. Begitu juga dengan Kadipaten Banyumas, R Ngabei Mertasura beserta rombongannya menuju Gumelem yang dipimpin oleh Ki Niti Praya. Rombongan dari Banyumas membawa perlengkapan yang disebut “Sanepa Aji” yang artinya bekal hidup sebagai permintaan pihak calon pengantin putri. Di suatu tempat, rombongan dari Kadipaten bertemu dengan utusan dari Gumelem. Ki Reka Guna dan Ki Niti Praya sama-sama tidak menyebutkan nama dan jati dirinya.
Jadi mata-mata, Ki Reka Guna tidak ingin wilayah kademangan dimasuki orang yang tidak dikenal. Tetapi, Ki Niti Praya memaksa masuk ke kademangan Gumelem karena mendapat amanat dari Adipati Mrapat. Keduanya ngotot, akhirnya menjadikan perkelahian antara Ki Reka Guna dan Ki Nata Praya. Tetapi, kedua mata-mata tersebut sama-sama sakti sehingga tak satupun dari mereka yang menang atau kalah. Akhirnya sang pengantin pria mengatakan, mereka adalah rombongan dari Kadipaten Banyumas yang hendak ke Gumelem untuk menikah dengan putri Demang Gumelem. Mendengar pernyataan dari pengantin itu, utusan dari Demang Gumelem langsung meminta maaf kepada rombongan. Ki Reka Guna mengatakan sebenarnya bahwa dia adalah utusan dari Gumelem untuk menjemput datangnya rombongan dari Banyumas.
Akhirnya, Ki Reka Guna dan Ki Niti Praya berangkulan saling meminta maaf atas kesalahan. Mereka mengatakan bahwa keduanya akan menjadi saudara seperti keluarga sendiri sampai anak cucu. Mereka juga mengatakan, anak keturunan mereka bila mantu atau mbesan supaya mengadakan upacara yang disebut “begalan”. Lalu mereka member nama tempat berkelahi dengan nama Kanding. Kanding merupakan nama salah satu Desa di Kecamatan Somagede. Letak Kecamatan Somagede itu sendiri berada diantara Kadipaten Banyumas dengan Pademangan Gumelem.
sumber: https://imbasadi.wordpress.com/2013/06/05/asal-usul-seni-begalan-dan-desa-kanding-uny/